Written by Len
Written by Len

Ribetnya Makhluk Bumi tanpa Air

Jangan berharap dunia ini akan selamat dari kiamat, jika masih ada di antara kita yang membuang sampah dari jendela mobil ke jalanan dengan seenaknya.

Saya hidup di lingkungan yang cuacanya berada di tengah-tengah: tidak terlalu dingin, tidak pula terlalu panas. Tetapi pada musim kemarau tahun ini, saya mendapati cuaca yang sangat panas. Tiada hari tanpa minuman dingin, tiada tidur tanpa ditemani kipas angin. Musim hujan pun dirindu-rindukan.

Tentu hal itu sangat menggelisahkan. Dunia seakan-akan sedang dihukum. Saat ini, untungnya, saya masih bisa menggunakan air untuk kebutuhan hidup. Tetapi entah dengan masyarakat di luar sana, mungkin bukan hanya musim hujan yang dirindukan, melainkan airnya itu sendiri yang sangat dirindukan. 

Pasalnya, saya pun pernah mengalami kekurangan air. Saya pernah menjinjing ember kepada tetangga yang memiliki air, dan memintanya. Kala itu, mampu untuk membersihkan badan atau mandi, merupakan kenikmatan yang tidak boleh didustakan. Oleh karenannya, saya takut kejadian seperti itu akan terulang, baik kepada saya maupun kepada masyarakat lainnya.


Kemarau- mlendrijulian - thoughts




Tanpa adanya air, manusia akan hidup seperti dalam film-film survival, seperti Life of Pi (2012) atau Into The Wild (2007). Kita akan seperti seseorang yang terdampar di tengah laut. Tanpa persediaan makanan yang melimpah. Tanpa adanya tetangga yang akan membantu. Tanpa adanya alat komunikasi. Lautan memanglah tempatnya air, tetapi airnya itu tidak akan bisa membantu kita untuk hidup. 

Apalagi, Guru Gembul menambahi ketakutan saya. Dalam konten-nya, dia mengutip dari kitab seorang ulama yang mengatakan bahwa bumi ini hanya akan bertahan sampai di tahun ke 1500-an Hijriah, atau di tahun ke 2100-an Masehi. Itu berarti, kurang lebih dalam satu abad ke depan, bumi ini tidak akan bisa lagi menampung manusia. Di sisi lain, itu juga bisa berarti bahwa bumi ini hanya tersisa bagi dua generasi umat manusia ke depan. 

Kalau teori/ramalan itu benar, maka salah satu yang akan menyebabkannya pastilah air. Secara bertahap air akan terkuras dari muka bumi. Lalu binatang, hewan, tumbuhan, pun tidak sanggup lagi untuk bertahan hidup. Dan boom! Manusia diberi dua pilihan: mati di bumi atau bermigrasi ke planet lain. Konon katanya, kini planet Mars dinyatakan bisa ditinggali manusia. Apapun pilihannya, itu telah membuktikan bahwa manusia telah gagal dalam memelihara bumi. 

Saya mungkin tidak akan cukup umur untuk hidup sampai ke tahun 2100. Tetapi mendengar bahwa usia bumi ini tersisa satu abad lagi, saya merasa merinding. Satu abad itu waktu yang masih lama, tetapi Einstein berkata bahwa waktu itu relatif. Satu abad akan terasa cepat, dan kita tidak menyadarinya. 

Teori-teori atau ramalan-ramalan seperti itu seringkali dibuat oleh manusia. Seperti halnya ketika tahun 2012 diramalkan sebagai tahun berakhirnya jagat raya. Masyarakat, khususnya saya yang waktu itu masih duduk di bangku SMA, merasa panik. Bahkan ramalan itu dijadikan film dan diberi judul 2012. Masalahnya, saya tidak bisa melihat masa depan. Ketika ditakut-ditakuti oleh apa yang akan terjadi di masa depan, tentu saya dengan mudahnya akan terpengaruh untuk merasa panik, takut, gelisah. Jadi, tidak perlu berdandan seperti setan untuk menakuti-nakuti seseorang, cukup katakan saja hal-hal buruk yang akan terjadi di masa depan. 

Di sisi lain, ramalan-ramalan seperti itu, bisa dijadikan sebagai suatu pengingat. Ya, itu bisa jadi pengingat bagi kita, selaku manusia, sebagai penghuni sekaligus pemelihara bumi. Kemarau tahun ini yang sampai menguras air pun bisa merupakan tanda bagi manusia untuk lebih peka lagi terhadap alam. Sebab, berakhirnya dunia bisa jadi bukan karena kehendak Sang Pencipta semata, melainkan karena ulah tingkah manusia itu sendiri. Jangan berharap dunia ini akan selamat dari kiamat, jika masih ada di antara kita yang membuang sampah dari jendela mobil ke jalanan dengan seenaknya.

Manusia, yang terbuat dari tanah, tidak akan hidup tanpa adanya air. Jika saja pada hari ini, tiba-tiba air hilang dari muka bumi, peperangan di tanah Timur Tengah pasti akan terhenti. Yang saat ini sedang kasak-kusuk mempersiapkan diri menjadi presiden pun, pasti akan mengurungkan niatnya menjadi presiden dan kemudian sibuk menjingjing ember untuk mencari air ke sana-ke mari. Tanpa air, kita tidak akan bisa hidup.

-
Purwakarta

Post a Comment