"Jangan! Sekali kamu buka kotak itu, pandanganmu terhadap dunia akan berubah. Mentalmu belum siap! Bisa-bisa kamu gila!" Temannya dengan segera melarangnya.
Rasa penasaran Muni pun menjadi-jadi. "Tapi kenapa? Aku hanya ingin tahu. Kenapa kau selalu melarangku?"
"Sudah kubilang, bodoh! Bahaya!"
Kotak yang ringan itu menjadi misteri tersendiri bagi Muni. Temannya menemukan kotak itu ketika sedang mendaki sebuah gunung. Ia membawa pulang kotak itu. Menjengkelkannya, ia tak ingin memberi tahu isi dari kotak temuannya itu. Kotak itu menjadi seperti Kotak Pandora yang ketika dibuka, segala yang rahasia, baik yang manis maupun yang pahit, akan terkuak.
"Baiklah! Aku tak akan membuka kotak itu. Tapi kamu bisa menceritakan isinya padaku." Rayu Muni.
"Sama saja, bodoh!"
"Ayolah, aku tak akan menceritakannya pada siapa pun. Aku janji! Hanya aku, kamu, dan Tuhan yang tahu!"
"Janji?"
"Janji."
Sang teman pun terbujuk. Dia mulai menceritakan isi dari kotaknya itu.
"Ketika aku membuka kotak dari gunung ini, aku melihat sebuah berlian! Seriously, berlian! Aku pun langsung mengunjungi Paman ahli berlian di pasar. Dia mengatakan bahwa dengan berlian ini, aku bisa membeli negara ini! Tak perlu aku pergi ke MK untuk menjadi seorang presiden! Dengan berlian ini, tanah air di negeri ini bisa aku kuasai!"
"That's a big lie! Oke begini, jika apa yang kamu ceritakan itu benar, kenapa kamu tak segera membeli negara ini? Aku siap jadi wakilmu! Hahaha!"
"Well, aku sudah menceritakan kebenarannya. Kenapa aku tak segera membeli negeri ini? Hahaha. Sudah kubilang, mentalmu belum kuat untuk melihat isi dari kotak ini. Bagiku, tergesa-gesa adalah perbuatan setan. Pasti ada alasan tersendiri kenapa aku diberi kotak ini! Pasti ada sesuatu yang lebih besar yang bisa kulakukan dengan berlian ini!"
"Bagimu memiliki negeri ini tidak besar?"
"Tidak! Hahaha."
Muni segera membayangkan dirinya memiliki berlian yang ada di kotak rahasia temannya itu. Dirinya akan menjadi Orang Kaya Baru. Apapun bisa ia dapatkan: harta, tahta, dan Raisa! Tapi Muni masih ingin tidak memercayai temannya itu. Muni masih ingin melihat dengan mata kepalanya sendiri isi dari kotak rahasia temannya itu.
"Damn, sudah waktunya kita masuk kelas." Kata temannya.
"Iya benar."
Segera kotak rahasia itu dimasukkan ke dalam tas sang teman. Muni ingin sekali menggenggam kotak itu dan menghapus rasa penasarannya. Matanya bersinar-sinar ketika melihat kotak itu dimasukkan ke dalam tas. Jantungnya berdebar-debar. Suaranya ketika menelan ludah terdengar. Di pikirannya hanya: kotak rahasia!
"Aku tidak percaya!" Kata Muni sambil menghentikan langkahnya menuju kelas.
"Terserah! Aku tidak peduli kepada kepercayaanmu. Sekarang aku harus ke kelas dan jika kamu diam di sini, selamat, absenmu bertambah satu." Sahut temannya sambil melangkahkan kakinya menuju kelas.
"Kalau kamu tidak memberikan kotak itu padaku, aku akan memberitahukan kepada semua orang bahwa kau memiliki berlian. Orang-orang pasti akan mengejarmu. Hidupmu tidak akan tenang!"
"Kamu mengancamku? Aku tidak peduli!"
"Kalau kamu tidak peduli, berarti kamu bohong! Pembual. Kamu seorang pembual!"
"Kenapa kau jadi seperti ini, Muni?"
"Kini kau peduli?"
"Terserah, aku akan ke kelas!"
"Aku akan mengejarmu. Aku akan merampokmu!"
"Sial! Sudah kubilang, bodoh. Kalau kau mengetahui isi dari kotak ini, pandanganmu terhadap dunia akan berubah. Mentalmu belum siap! Bisa-bisa kamu gila!"
"Aku gila? Hahaha. Berlarilah, aku akan mengejarmu!"
Melihat Muni seperti itu, sang teman segera berlari. Muni mengejarnya. Gedung ramai oleh suara langkah kaki mereka yang sedang kejar-kejaran. Mereka pun menjadi tontonan orang-orang.
"Sial, hentikan ini, Muni!" Sang teman mencoba menghentikan Muni sambil berlari.
"Berikan dulu kotak sialan itu!" Sahut Muni sambil berlari.
Lantai tiga. Lantai dua. Lantai satu. Hingga tiba mereka di dasar gedung. Orang-orang penasaran apa yang tengah terjadi. Mereka menjadi pusat tontonan.
Sang teman terjatuh. Muni menangkapnya. Sang teman mencoba melindungi kotaknya, ia memulai dengan memberi pukulannya kepada wajah Muni. Muni pun membalasnya. Orang-orang tetap menonton, bahkan ada yang menyiarkan perkelahian mereka di media sosial. Tidak ada yang melerai.
Hingga akhirnya mereka merasa lelah dengan wajah yang sudah tak karuan dan badan yang merebah di atas bumi.
"Dasar para pencari FYP! Mereka tidak melerai kita! Bodoh!" Sang teman bergumam.
"Semua ini gara-gara kotak sialan yang ada di tasmu itu!" Sahut Muni.
"Hahaha. Kau memang gila, Muni!"
"Hahaha."
"Baiklah, jika kamu ingin melihatnya. Tapi janji, setelah melihatnya, kamu jangan pernah berubah! Tetaplah menjadi Muni yang kukenal!"
"Dengan wajahku yang babak belur ini, aku janji!"
Mereka membangkitkan tubuh. Duduk. Orang-orang masih menontonnya. Sang teman membuka tasnya. Mengeluarkan si kotak rahasia. Bersama Muni, ia membukanya. Terlihat wajah mereka yang babak belur itu, bersinar.
-
Purwakarta




Post a Comment